ok


,

selamat datang

kaRya moTor oKe 1

Minggu, 01 Januari 2012

Sruktur Organisasi dan hukum




2.1       Badan Hukum dan Karakteristik Perusahaan
            Badan hukum suatu usaha merupakan suatu bentuk untuk mendapatkan kelancaran proses produksi seperti yang dikehendaki semula dalam kaitannya dengan status yang formal. Bentuk-bentuk badan hukum yang ada di Indonesia meliputi, yaitu :
1.   Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
ciri dan sifat perusahaan perseorangan:
a.    relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.
b.   tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
c.    tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.
d.   seluruh keuntungan dinikmati sendiri.
e.    sulit mengatur roda perusahaan Karena diatur sendiri.
f.    keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar.
g.   jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.
h.   sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.
2.    Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya, didalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT (perseroan terbatas) dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
ciri dan sifat pt :
a.    kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi
b.   modal dan ukuran perusahaan besar
c.    kelangsungan hidup perusahaan PT ada di tangan pemilik saham
d.   dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham
e.    kepemilikan mudah berpindah tangan
f.    mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan atau pegawai
g.   keuntungan dibagikan kepada pemilik modal atau saham dalam bentuk dividen
h.   kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham
i.     sulit untuk membubarkan PT
j.     pajak berganda pada pajak penghasilan atau pph dan pajak devid
3.   Perusahaan Persekutuan
Perusahaan persekutuan dibagi menjadi 2, yaitu :
a.    CV (Commanditaire Vennotschaap)
CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus perusahaan cv disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif.
      Dalam Arti Sempit adalah Material Handling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai pemindahan, pengepakkan dan penyimpanan semua jenis/bentuk material/bahan yang terjadi dalam
pabrik saja.
      Bethel, Cs., membagi material handling menjadi dua bagian:
      Internal Transportation
  Yaitu, pengangkutan yang terjadi did dalam pabrik.
  Misalnya: trafic (perjalanan), receiving
(penerimaan), shipping (perkapalan).
      External Transportation
  Yaitu, pengangkutan yang terjadi di luar pabrik.
H.T. Amrine, mengartikan material handling sebagai movement of goods (pemindahan bahan))yang terbagi ke dalam :
                        Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dalam satu mesin.
                  Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dari bagian yang satu ke bagian yang lain.
2.2              Prinsip-Prinsip Material Handling
Tujuan Ongkos Material Handling adalah Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi:
Ø  Menghemat penggunaan luas lantai
Ø  Mengurangi beban manusia dan kecelakaan
Ø  Meningkatkan semangat kerja
Ø  Mengurangi biaya handling/penanganan
Ø  Mengurangi biaya over head
Ø  Mengurangi biaya produksi
Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan Ongkos Material Handling (OMH) antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan.
2.3       Jenis-jenis Material Handling
·      Menurut Bethel, Cs.: (lebih didasarkan pada peralatan)
Ø Floor type, yaitu jenis material handling yang diletakan di atas lantai.
Misal: conveyor / ban berjalan.
Ø Over Head Type, yaitu jenis alat material handling yang diletakan menggantung.
Misal: Over head lift.
·         Menurut F. G. Moore:
Ø Fixed Path Equipment, Yaitu, peralatan material handling yang bergerak satu arah atau mempunyai arah yang tetap.
Contoh: Conveyor
Ø Variabel Path / Varied Path Equipment, Yaitu, peralatan yang mempunyai arah yang berubah-ubah atau bisa bergerak ke berbagai arah.
Misal: Forklift, truck.
2.4       Prinsip-Prinsip Material Handling
v  Right Material : Material yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika menggunakan peralatan otomatis.
v  Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah kebutuhan.
v  Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
v  Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan  (misal di gang).
v  Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
v  Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
v  Right time : On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.

Pengertian Ongkos Material Handling




2.1        Pengertian Ongkos Material Handling
      Merancang Tata Letak Pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan.
      Dalam Arti Luas: Material Handling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai pemindahan, pengepakan dan penyimpanan, pengepakkan dan penyimpanan semua jenis/bentuk material/bahan yang terjadi di dalam pabrik termasuk pemindahan bahan baku dari sumbernya ke pabrik serta pemindahan barang jadi sampai ke tangan konsumen.
      Dalam Arti Sempit adalah Material Handling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai pemindahan, pengepakkan dan penyimpanan semua jenis/bentuk material/bahan yang terjadi dalam
pabrik saja.
      Bethel, Cs., membagi material handling menjadi dua bagian:
      Internal Transportation
  Yaitu, pengangkutan yang terjadi did dalam pabrik.
  Misalnya: trafic (perjalanan), receiving
(penerimaan), shipping (perkapalan).
      External Transportation
  Yaitu, pengangkutan yang terjadi di luar pabrik.
H.T. Amrine, mengartikan material handling sebagai movement of goods (pemindahan bahan))yang terbagi ke dalam :
·         Transfert
                        Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dalam satu mesin.
·         Transport
                  Yaitu, pemindahan bahan/barang yang terjadi dari bagian yang satu ke bagian yang lain.
             
2.2              Prinsip-Prinsip Material Handling
Tujuan Ongkos Material Handling adalah Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi:
Ø  Menghemat penggunaan luas lantai
Ø  Mengurangi beban manusia dan kecelakaan
Ø  Meningkatkan semangat kerja
Ø  Mengurangi biaya handling/penanganan
Ø  Mengurangi biaya over head
Ø  Mengurangi biaya produksi
Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan Ongkos Material Handling (OMH) antar Departemen, sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan.
2.3       Jenis-jenis Material Handling
·      Menurut Bethel, Cs.: (lebih didasarkan pada peralatan)
Ø Floor type, yaitu jenis material handling yang diletakan di atas lantai.
Misal: conveyor / ban berjalan.
Ø Over Head Type, yaitu jenis alat material handling yang diletakan menggantung.
Misal: Over head lift.
·         Menurut F. G. Moore:
Ø Fixed Path Equipment, Yaitu, peralatan material handling yang bergerak satu arah atau mempunyai arah yang tetap.
Contoh: Conveyor
Ø Variabel Path / Varied Path Equipment, Yaitu, peralatan yang mempunyai arah yang berubah-ubah atau bisa bergerak ke berbagai arah.
Misal: Forklift, truck.
2.4       Prinsip-Prinsip Material Handling
v  Right Material : Material yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika menggunakan peralatan otomatis.
v  Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah kebutuhan.
v  Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
v  Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan  (misal di gang).
v  Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
v  Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
v  Right time : On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.

Aspek Ekonomi finensial



Aspek Ekonomi finensial

2.1.      Metode Analisis Investasi
Analisis Investasi ada berbagai metode, metode yang biasa digunakan antara lain: Suwarsono (1994;208)
1.        Payback Period (PP)
2.        Return on Investment (ROI)
3.        Internal Rate of Return (IRR)
4.        Profitaility Index (PI)
5.        Net Present Value (NPV)

2.1.1    Payback Period (PP)
Payback period merupakan salah satu metode perhitungan Capital Budgeting yang relatif sederhana. Menurut Arifin dan Fauzi (1999:12) bahwa metode ini merupakan penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan oleh proyek tersebut.
Sedangkan menurut Usnan dan Suwarsono (1994;208) berpendapat bahwa Payback periode metode yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali dalam satuan Tahun.
Dari kedua pengertian diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa payback period adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan tahun) untuk mengembalikan investasi yang telah ditanamkan oleh penanam modal berdasarkan cash inflow yang dihasilkan oleh suatu proyek.http://www.ziddu.com/download/18044761/BABIIOKEsofyan.doc.html
Cara untuk mengambil keputusan dengan metode ini adalah membandingkan payback period investasi yang diusulkan dengan umur ekonomis aktiva, apabila payback period lebih pendek dari pada umur ekonomis aktiva maka rencana investasi dapat diterima, sedangkan apabila payback period lebih panjang dari pada umur ekonomis aktiva maka rencana investasi ditolak.
2.1.2    Return on Investment (ROI)
Pengembalian atas investasi atau asset (Return on Investment - ROI) adalah perbandingan dari pemasukan (income) per tahun terhadap dana investasi. Dengan demikian mengindikasikan profitabilitas suatu investasi, rumusnya adalah sebagai berikut:
Pemasukan
ROI = Investasi  x 100%


Karena investasi dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk seperti biaya pertama, investasi rata-rata dan lain-lain, demikian juga perhitungan pemasukan dapat dimasukkan factor-faktor depresiasi, pajak, bunga dan lain-lain, maka akan dihasilkan bayak sekali variasi ROI, diantaranya sebagai berikut:
Pemasukan neto sebelum pajak
ROI =    _________________________________________ x 100%
Biaya pertama

Pemasukan neto sebelum pajak
ROI = _______________________________ x 100%
Rata-rata Investasi

Pemasukan neto setelah pajak
ROI = _______________________________ - x 100%
Rata-rata Investasi

Berdasarkan analisis di atas terlihat bahwa semakin besar ROI, semakin disukai oleh calon investor. Seperti halnya dengan periode pengembalian, pemakai kriteria ini harus menentukan terlebih dahulu berapa besar angka ROI sebagai patokan. Bila ROI yang ditawarkan kurang dari angka tersebut, usulan investasi tidak disetujui.
Dibawah ini merupakan suatu keuntungan dalam menggunakan Return on Investment (ROI) antara lain:
1.    Mudah dipahami dan tidak sulit menghitungnya.
2.    Tidak seperti periode pengembalian, lingkup pengkajian kriterian ini menjangkau seluruh umur investasi.
Dibawah ini merupakan suatu keterbatasan utama yang disebabkan antara lain sebagai berikut:
1.    Terdapat berbagai variasi cara menghitung ROI sehingga seringkali sulit menentukan besar angka ROI yang akan dipakai sebagai patokan menerima atau menolak usulan investasi.
2.    Tidak menunjukkan profil laba terhadap waktu. Hal ini dapat menyebabkan keputusan yang kurang tepat. Misalnya, ada dua rencana investasi, yaitu satu memiliki pemasukan atau laba yang lebih besar di tahun-tahun awal, jadi lebih disukai tetapi mungkin memiliki ROI yang sama besar.
3.    Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Kriteria ini disarankan dipakai sebagai tambahan atau pelengkar (suplemen) dari kriteria yang lain.http://www.ziddu.com/download/18044761/BABIIOKEsofyan.doc.html

2.1.3    Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
Rumusnya adalah, apabila Ao adalah investasi pada periode 0 dan A1 sampai An adalah aliran bersih dari periode 1 sampai n, maka metode IRR semata mata mencari discount factor yang menyamakan A0 dengan A1 sampai An.
Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil diterima.
Kelemahan secara mendasar menurut teori memang hampir tidak ada, namun dalam praktek penghitungan untuk menentukan IRR tersebut masih memerlukan penghitungan NPV.
Ukuran kedua yang sering digunakan dalam analisis manfaat finansial adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembaliandari investasi. IRR menunjukan tingkat discount rate atau tingkat keuntungan dari investasi yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Mengitung IRR digunakan rumus sebagai berikut: Kriteria penilain digunakan tingkat bunga bank. Jadi, jika IRR?? tingkat bunga bank, maka usaha yang direncanakan atau yang diusulan layak untuk dilaksanakan, dan jika sebaliknya usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan.
Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai yang akan dihitung diperlukan suatu 'trial and error' hingga pada akhirnya diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai.
Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat bunga tersebut akan sama dengan initial investment. Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika IRR > cost of capital dan akan ditolak jika IRR < cost of capital.
Perhitungan IRR untuk pola cash flow yang bersifat seragam (anuitas), relatif berbeda dengan yang berpola tidak seragam.
Menurut Arifin dan Fauzi (1999:13), adapun langkah-langkah menghitung IRR untuk pola cash flow yang sama adalah sebagai beiikut:
1.     Hitung besarnya payback period untuk proyek yang sedang dievaluasi.
2.     Gunakan tabel discount factor, dan pada baris umur proyek, cari angka yang sama atau mendekati dengan hasil payback period pada langkah 1 di atas. IRR terletak pada persentase terdekat hasil yang diperoleh.
3.     Untuk mendapatkan nilai IRR yang sesungguhnya dapat ditempuh dengan menggunakan interpolasi.
Sedangkan untuk proyek yang memiliki pola cash inflow yang tidak seragam, dapat diselesaikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.     Hitung rata-rata cash inflow per tahun.
2.     Bagi initial investment dengan rata-rata cash inflow untuk mengetahui "estimasi" payback period dari proyek yang sedang dievaluasi.
3.     Gunakan tabel discount factor untuk menghitung besarnya IRR, seperti langkah ke-2 dalam menghitung IRR untuk pola cash flow yang berbentuk seragam (anuitas). Hasil yang diperoleh akan merupakan "perkiraan IRR'.
4.     Selanjutnya sesuaikan IRR yang diperoleh pada langkah ke-3 di atas, yaitu diperbesar atau diperkecil, ke dalam pola cash flow yang sesungguhnya. Apabila cash inflow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun pertama temyata lebih besar dari rata-rata yang diperoleh dalam langkah ke 1 di atas, maka perbesarlah tingkat discount yang digunakan, dan apabila sebaliknya maka perkecillah discount tersebut.
5.     Dari hasil discount rate yang diperoleh pada langkah ke-4, kernudian hitunglah NPV dari proyek tersebut.
6.     Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari nol, maka naikkanlah discount rate yang digunakan, dan apabila sebaliknya maka turunkanlah discount rate tersebut.
7.     Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan discount rate yang baru, sampai akhirnya diperoleh discount rate yang secara berurutan menghasilkan NPV yang positif dan negatif.
Melalui jalan interpolasi akan ditemukan nilai IRR yang sesungguhnya. Setelah IRR diketahui langkah selanjutnya adalah membandingkan IRR dengan Cost of Capital. Apabila IRR lebih besar dari pada Cost of Capital maka rencana investasi dapat diterima karena menguntungkan dan sebaliknya apabila IRR lebih kecil dari pada Cost of Capital maka rencana investasi ditolak karena merugikan.
Menentukan tingkat bunga (try & Error) yang menyebabkan NPV sama dengan 0 (nol). Berdasarkan perhitungan NPV yang sudah didapatkan,
jika IRR >= Cost of Capital, maka proyek dipertimbangkan diterima.http://www.ziddu.com/download/18044761/BABIIOKEsofyan.doc.html

2.1.4    Profitaility Index (PI)
Profitability index atau benefit cost ratio adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai investasi.
Selama PI tersebut sama dengan atau lebih besar dari satu, maka akan menerima usulan investasi tersebut. Secara umum jika metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain, jika NPV mengatakan diterima maka PI juga mengatakan diterima, demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa kasus lain, dimana setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan, sebelum dikembalikan ke metode NPV.
Shook (2002;456) mengatakan bahwa, Profitability index adalah prediksi arus kas masa depan perusahaan dibagi investasi awalnya. Suad Usman dan Suwarsono (1994;192) mengatakan bahwa Profitability index menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa datang dengan nilai sekarang investasi.
Dari kedua pengertian Profitability index tersebut dapat disimpulkan Profitability index adalah metode prediksi kelayakan suatu proyek dengan membandingkan nilai penerimaan-penerimaan bersih dengan nilai investasi, dengan kriteria kelayakan apabila PI lebih besar dari pada 1 (satu) maka rencana investasi dapat diterima, sedangkan apabila PI lebih kecil dari pada 1 (satu) maka rencana investasi ditolak. Keputusan = Proyek sebaiknya diterima PI > 1

kaRya moTor oKe 2

oke bogel bngt

oke gtuh loh

belajarlah yang baik